Friday, February 6, 2015

Pendudukan Militer Jepang di Indonesia

Perlawanan Selama Pendudukan Militer Jepang di Indonesia

1. Perlawanan Secara Kooperatif
    Perlawanan ini dilakukan karena Jepang sangat membatasi organisasi yang ada di Indonesia, namun Jepang mendirikan beberapa organisasi hanya untuk kepentingan perang nya, oleh karena itu, para tokoh Indonesia yang tergabung dalam organisasi ini akhirnya menggunakan organisasi ini sebagai media meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan di seluruh Indonesia
        A. Poetera
                 Poetera dibentuk pada tanggal 16 April 1943, dimana dipimpin oleh 4 serangkai yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas. Mansyur. Organisasi ini awalnya bertujuan untuk menarik dan menyiarkan segala hal mengenai kemenangan Jepang di perangnya, namun oleh tokoh 4 serangkai, semua alat/media komunikasi digunakan untuk menyiarkan dan meningkatkan rasa nasionalisme. Poetera juga dapat berkembang dengan cepat karena ada banyak organisasi-organisasi yang dibilang lebih kecil ikut bergabung, seperti Pengurus Besar Persatuan Guru Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, dan masih banyak lagi. Organisasi ini mendapatkan biaya dari keuntungan yang didapat badan-badan perdagangan yang didirikan.
        B. Jawa Hokokai
                 Jawa Hokokai didirikan pada 1 Maret 1944, Jawa Hokokai dibentuk karena Poetera dibubarkan setelah Jepang menyadari bahwa Poetera lebih menguntungkan negara Indonesia. Poetera lebih mengarah pada usaha kemerdekaannya bukan kemenangan Jepang di perang asia timur raya. Jawa Hokokai dipimpin langsung oleh Gunseikan untuk tingkat pusat, dan di daerah dipegang/dipimpin oleh shucoken sampai kuco.
 Jawa Hokokai beranggotakan orang-orang Jepang dan Indonesia, baik bekerja di pemerintahan dan memiliki profesi tertentu, seperti Fujinkai yaitu Organisasi Wanita, Kyoiku Hokokai(Kebaktian Para Pendidik), dan Izi Hokokai yaitu Kelompok Dokter.
       C Majelis Islam A'la Ulama Indonesia(MIAI)
                 Kelompok Islam sangat didukung oleh Jepang karena dianggap anti bangsa barat, sehingga Jepang mengijinkan berlangsungnya organisasi MIAI yang sudah berdiri lama di Surabaya sejak 1937. Selain anti barat, MIAI juga merubah asas tujuan MIAI yaitu "turut bekerja dengan sekuat tenaga dalam pekerjaan membangun masyarakat baru untuk mencapai kemakmuran bersama di lingkungan Asia Raya dibawah Dai Nippo." Karena hanya satu-satunya organisasi islam di Indonesia, MIAI mendapat simpati yang amat luar biasa dari umat islam Indonesia. Kegiatannya berupa baitul mal(rumah zakat) dan melaksanakan peringatan hari-hari besar Islam menjadikan MIAI semakin maju. Oleh karena itu, Jepang mulai menaruh curiga kepada MIAI.
                 Jepang mulai mengawasi aktivitas para ulama agar tidak membahayakan Jepang, akhirnya  pada tahun 1943 diadakan pelatihan bagi para kiai untuk memastikan aktivitasnya tidak membahayakan. Pada bulan September 1943, organisasi islam yang lain seperti Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah diizinkan berdiri kembali untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial.
                 Pada Oktober 1943, MIAI dibubarkan dan diganti dengan organisasi baru bernama Majelis Syuro Muslimin Indonesia(Masyumi). Masyumi dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Ketua Pengurus Besar. Wakil-wakilnya dari Muhammadiyah, yaitu K.H. Mas Mansyur, K.H. Farid Ma'ruf, K.H. Mukti, K.H. Hasyim, dan Kartosudarmo. Dari Nahdhatul Ulama, wakil-wakilnya ialah K.H. Nachrowi, Zainul Arifin, dan K.H. Mochtar. Meski terlihat bahwa para anggota organisasi Islam berjalan bersama dengan Jepang, namun ada juga yang melawan dan akhirnya mengundurkan diri dari organisasi.
2. Perlawanan Bersenjata
          Perlawanan bersenjata yang dilakukan Bangsa Indonesia adalah
                -   Perlawanan Cot Plieng, Aceh di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil
                -   Perlawanan Rakyat Singaparna, Jawa Barat dipimin K.H. Zainal Mustafa pada 25                         Februari 1944
                -   Perlawanan Rakyat Indramayu, Jawa Barat dipimpin H. Madriyas
                -   Perlawanan Tentara PETA di Blitar di bawah pimpinan Syodanco Supriyadi pada 14                     Februari 1945
3. Perlawanan Bawah Tanah
          Perlawanan ini berjalan dengan rapi dan sangat terorganisir, mereka diam dan bersembunyi untuk menghimpun kekuatan rakyat, mereka juga menjalin hubungan dengan para tokoh yang kooperatif dengan Jepang. Tindakan mereka bisa berupa sabotase dan perusakan terhadap sarana dan prasarana Jepang. Berikut beberapa contoh pergerakan yang dilakukan:
                -   Kelompok Sutan Syahrir, anggotanya terdiri dari beberapa pelajar di beberapa kota,                       seperti di Jakarta, Cirebon, dan Surabaya.
                -   Kelompok Kaigun yang dipimpin oleh Ahmad Soebardjo, anggotanya antara lain                           Mr.A.A Maramis, Sudiro, dan Wikana. Mereka adalah para pemuda yang memiliki                         hubungan dekat dengan Kepala Perwakilan Angkatan Laut(Kaigun) Laksamana                             Maeda
                -   Kelompok Sukarni yang terdiri dari para pemuda anti Jepang yang tinggal di Asrama                     Menteng Jakarta. Anggotanya antara lain Chaerul Saleh, Adam Malik, dan Pandu                         Kartawiguna.
                -   Kelompok Persatuan Mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa kedokteran yang                             bermarkas di Jl. Prapatan No. 10 Jakarta. Tokoh-tokohnya antara lain Jusuf Kunto                       dan Syarif Thayeb
                -   Kelompok Amir Syarifuddin merupakan kumpulan pemuda sosialis yang selalu                             menentang kebijakan pemerintah Jepang dengan tokoh utamanya Amir Syarifuddin

No comments: